Bersama Hujan ☂
Baru satu bulan aku meninggalkan hatimu, tapi aku
merasa sudah terlalu lama aku keluar meninggalkan tempat yang pernah membuatku
nyaman untuk menitipkan sebuah perasaan hati. Bukan aku mengharapkan lebih
untuk kembali, aku bahkan tidak memiliki niat untuk kembali. Hanya saja, aku
tak mengerti jalan mana yang aku ambil untuk keluar jauh meninggalkan hatimu.
Apa kau ingat? Saat dimana kau mengatakan, kau akan
membawaku pada hamparan dandelion denga siluet senja dan aku bisa leluasa
meniup mereka untuk terbang bersama angin. Saat itu aku hanya menganggap itu
hanya sebuah canda yang kau lontarkan padaku untuk menghiburku. Karena saat
itu, aku merasa kecewa dengan kegagalan lukisanku.
“saat aku menemukan hamparan dandelion dengan siluet
senja, aku akan membawamu kesana. Lukislah hamparan itu, dan nikmati sesuka
hatimu.”
“kapan saat itu tiba?”
“saat dimana kau sudah merasa lebih baik dengan
perasaanmu.”
“bagaimana jika sekarang aku sudah merasa lebih
baik?”
“tidak sekarang.”
“kau hanya sekedar menghiburku, bukan?”
Setelah itu kau diam tanpa jawaban. Mengisyaratkan jika
memang tebakanku benar. Karena memang aku tau dirimu. Kau memang selalu bisa
menghiburku. Hanya saja, terkadang hiburanmu tak sepenuhnya membuatku merasa
baik. Tapi terima kasih.
“maafkan aku, jika aku tak bisa menghiburmu.”
Kau tau, aku melihat hamparan dandelion itu sekarang.
Hamparan dandelion itu ada dalam hatimu. Tapi kau yang meniup dandelion itu dan
terbang bersama angin. Kau meniupku keluar, terbang bersama angin meninggalkan
kenyamanan hatiku. Hanya saja tanpa siluet senja. Tapi dengan sebuah hujan.
Hujan yang menyadarkan, bahwa aku bukan sebuah dandelion milikmu.
Komentar
Posting Komentar