Postingan

Menampilkan postingan dengan label Naskah

Sebersit Kisah Masa Lalu

Mari pergi berkelana... berkelana ke dunia khayal yang penuh harap. Dunia yang membuat semua orang bisa mengabulkan semua keinginannya. Mari kita pergi ke awan... menggapai semua harapan yang ingin ku raih. Aku mengatakan itu pada diriku sendiri. Aku merasa ada yang salah dalam diriku. Aku baru mengenalnya. Mungkin dulu aku sudah mengetahuinya, hanya saja aku tidak tau namanya. Aku baru mengenal namanya di situs jejaring sosial facebook . Dia yang sering pergi ke warnet rumahku, dan hampir setiap hari aku bertemu dengannya. Rasaku biasa, rasaku hambar. Sama ketika aku bertemu dengan orang lain yang tak aku kenal. Tapi dia selalu memandangiku. Saat dia menatapku, sorot mata itu. Mata yang membuatku merasa gembira. Sorot mata yang membuatku memikirkan tentang apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Tapi sorot mata itu, aku sekarang membencinya. Membenci karena dia bisa merubahku. Dia bisa merubah sikapku begitu ramah padanya. ***        ...

Jika aku presiden, aku akan...

Indonesia sudah merdeka dari perang. 68 tahun yang lalu. Dan kami sebagai generasi penerus mengisi kemerdekaan dengan berbagai hal. Dan untuk Bapak Presiden, Bapak pasti lebih banyak hal yang Bapak lakukan untuk mengisi kemerdekaan kan? Yang utama pasti upacara bendera kan. Entah apa yang lainnya.      Indonesia, negara yang sebenarnya penuh dengan berbagai hal menarik yang negara lain tak memilikinya. Indonesia, dengan ribuan pulaunya yang sangat indah memanjakan mata. Indonesia, yang sangat aku kagumi dengan setiap manusianya yang mampu menghargai satu sama lain. Walaupun tidak semua. Indonesia, yang juga menerima dengan setiap tamu dari warga negara lain hadir kesini. Dan indonesia, yang sebenarnya memiliki banyak orang pintar yang sebenarnya juga mampu untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju.      Lalu aku terpikir. Mungkin seandainya jika aku menjadi seorang presiden walaupun cita-citaku bukan menjadi seorang presiden, tapi aku selalu berhar...

Flash Fiction: Mereka Butuh Tangan dari yang Ikhlas

Aku melangkahkan kaki-kakiku pergi mengikuti arah angin. Pergi bersama perasaan yang sedang tidak baik-baik saja. Aku begitu bingung, kapan aku mengucap syukur dengan apa yang sudah aku miliki. Kapan terakhir kali aku berbagi kepada mereka yang lebih membutuhkan.             Langkahku berhenti pada satu tempat yang sering aku lewati. Tapi aku tak pernah melihat apa yang ada di sekitar tempat ini. Langkah kaki-kakiku berhenti di tempat yang menurutku tidak layak menjadi tempat hunian. Bukan tempat yang cukup menyenangkan bagi anak-anak kecil bermain dengan ribuan rasa keceriaan mereka. Itu menurutku!             Tapi ada sesuatu yang lain di mata mereka. Di mata para anak-anak bumi pertiwi ini. Mereka berlari kesana kemari, penuh raut kebahagiaan, penuh dengan canda tawa. Seperti tak ada beban dipikiran mereka. “Benar saja, mereka kan masih anak-anak. Apa yang akan mere...

Cerpen : Di Sudut Hatinya

Di Sudut Hatinya Anak laki-laki itu , Jordan. Dia duduk diam bersama beberapa botol alkoholnya. Di tangan kanannya terselip sebatang rokok diantara jari-jari tangannya. Ia menghisapnya dalam-dalam. Lalu menahannya sejenak, mer e sapi setiap nikotin sampai ke paru-parunya. Lalu, menghembuskannya bersama dengan pera s aan lega dalam batinnya.             Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki beberapa orang. Ia menoleh, dan didapatinya segerombolan preman berjalan kearahnya. Ia panik, dan ia bingung. Kenapa orang-orang ini mencariku? Apalagi yang mereka inginkan. Anak laki-laki itu ingin berlari, tapi untuk apa lari? Gue sudah lelah terus bersembunyi dari mereka itu pikirnya.             “Anterin barang ini ke bos?” Kalimat yang terdengar dari salah satu preman itu.             “Barang apa lagi? Kan udah gue ...