Sebersit Kata dari Relung
Terbesit rasa untuk menulis lagi. Menuliskan segala kepingan kata yang bertumpuk dalam jiwa dan angan. Merangkai menjadikan sebuah kalimat yang memiliki arti. Menghubungkannya sehingga bisa sedikit melegakan tanpa harus bercerita kepada sesama hamba, akan tetapai menceritakannya kepada Ia yang selalu melihat dan mendengar.
Aku tak sekuat baja. Aku mungkin hanya batu karang yang
lama-lama terkikis akan air laut yang menerjang, bisa jadi aku hanya potongan
kayu yang bisa rapuh karena termakan rayap. Aku kuat. Bisa. Tapi aku juga
lemah.
Aku tau, kalian sayang. Aku tau, kalian memiliki kasih. Kalian
hanya takut aku mengikuti hal-hal yang tidak benar, hal-hal yang menyimpang. Tapi
lihatlah aku, aku hanya ingin Ia ridho. Ridho dengan segala yang aku lakukan. Aku
tak ingin Ia marah padaku. Aku takut Ia tak memelukku ketika aku jatuh, karena
Ia tak ridho dengan apa yang aku lakukan.
Aku tak ingin aku yang dulu. Aku ingin menjadi hamba
sehingga Ia ridho. Aku ingin menjadi seseorang yang tersenyum dengan segala
syukur padaNya. Menjadi perempuan seperti yang Ia syariatkan. Walaupun aku bukanlah
bunga yang cantik dan harum.
Ia yang Maha Kuasa. Ia yang Maha Kuat. Ia yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Aku bisa apa jika tanpaNya. Aku butuh Ia, maka dari itu
aku ingin dekat. Aku butuh Ia, maka dari itu aku ingin berjalan pelan-pelan
menujuNya. Dan itu tak bisa jika hanya aku lakukan sendirian.
Aku butuh dukungan. Butuh saran. Butuh nasihat. Butuh senyum
menguatkan. Jangan memakiku. Jangan meneriakiku. Jangan terus menyalahkanku. Beritahu
aku, jika apa yang aku lakukan tidak tepat. Beri alasan yang benar, jika yang
aku lakukan memang salah.
Komentar
Posting Komentar