Cerpen : Dalam diam, cinta ini aku jaga



Dalam diam, cinta ini aku jaga.
Oleh : Rizki Amalia Sari Okta
            Fia pertama kali melihatnya, saat Fia berjalan masuk ke gerbang sekolah. Dia senior yang berjaga didepan gerbang untuk mengabsen setiap murid yang baru datang. Dia yang Fia maksud adalah kakak senior di sekolahnya. Salah satu anak OSIS, dan itu artinya dia juga menjadi salah satu panitia di MOPDB Fia saat ini. Masa Orientasi Peserta Didik Baru. Iya hari ini adalah hari pertama Fia masuk sekolah. Hari pertamanya menjadi anak SMA.
            “Hai adik, nama kamu siapa? Nation berapa?” Tanya kakak senior dengan raut muka sedikit galak. Namanya juga masa MOPDB. Kakak senior jadi sok jahat.
            “Nama saya Fia Anggriani kak, nation 2.”
            “Ini kamu tanda tangan disini.”
            “Ini kak, sudah. Terima kasih.” Fia memberi ucapan terima kasih dan seutas senyum. Tapi ekspresi muka kakak seniornya tetap sama. “Ini kakak senior nggak punya senyum apa ya? Muka jutek amat. Kasih senyum dikit gitu, biar adik-adiknya nggak pada tegang.” Gerutu Fia dalam hati. Dan Fia langsung masuk ke halaman sekolah berkumpul bersama teman-temannya.
***
            Bel tanda masuk sudah berbunyi. Saatnya para murid baru untuk memasuki ruangan nation masing-masing. Fia yang kebetulan masuk di nation 2 bersama sahabatnya Yasmin.
            “Baik adik-adik belum tau nama saya kan?” Kakak senior itu menuliskan namanya dipapan tulis. Kakak senior yang ditemui Fia tadi pagi didepan gerbang sekolah. Ternyata kakak senior itu bertugas untuk menjaga di nation 2, nation atau kelompok Fia.
            “HA-N-DY.” Fia membaca nama yang dituliskan kakak seniornya.
            “Handy Yamaraja.” Tambah Yasmin.
            “Oh, jadi nama kakak senior jutek itu Handy. Baiklah nama yang cukup bagus.”
            “Kenapa fi? Naksirnya? Heheh.” Yasmin menggoda Fia yang langsung kikuk.
            “Yasmin apaan si kamu. Nggak lah, baru lihat kak Handy aja tadi pagi. Nggak mungkin langsung suka. Kamu itu aneh-aneh aja.” Tegas Fia.
            “Eh, jangan bilang gitu loh fi, nanti kalau kamu tiba-tiba jtuh cinta sama dia bagaimana.”
            “Nggak kok yasmin. Lagian kakak itu jutek. Beda sama kakak-kakak senoir yang lain.”
            “Fia sok tau deh. Memangnya kamu tau bagaimana kakak-kakak senior yang lain? Hari ini kan, baru hari pertama kita masuk sekolah.”
            “Nggak tau lah min, kamu suka banget godain aku.”
            “Iya maaf fi, habis kamu lucu kalau malu-malu gitu.”
            “Siapa yang malu-malu. Aku hanya nyampaiin pendapat aku aja tentang kak Handy.”
            “Terus yang tanya pendapat kamu siapa?” Yasmin malah tertawa.
            “Eh, kalian berdua. Dari tadi bicara sendiri, dengarkan kalau kakak senior bicara didepan.” Suara Handy mengejutkan Fia dan Yasmin.
            “Iya kak, maaf.” Bilang Fia dan Yasmin bebarengan.
***
            Saat itulah, saat pertama Fia mengenal Handy, dan mulai menyukai kakak senior yang Fia anggap jutek itu. Itu sudah 2 bulan yang lalu. Masa MOPDB sudah berakhir. Sekarang Fia merasa, dia termakan oleh omongannya sendiri. Dia merasa mulai menyayangi Handy. Karena Handy memberi harapan yang membuat Fia semakin jauh menggali perasaan yang dia rasakan sekarang.
            “Hai Fia, tumben kamu sendirian di kantin. Nggak bareng yasmin?” Tanya Handy yang datang tiba-tiba dan mengejutkan Fia.
            “Itu Yasmin lagi pesan makan kak.”
            “Oh, kamu sendiri nggak pesan makan? Nggak lapar apa?”
            “Itu dipesanin makan sama Yasmin juga.”
            “Oh gitu ya.” Jawabnya singkat. “Fia aku boleh minta nomer hp kamu nggak? Buat teman aja dek.”
            Fia berfikir, kenapa Handy tiba-tiba minta nomer hpnya.
“Oh iya kak boleh, ini nomer hp aku.”
“Ok terima kasih. Aku pergi pesan makan dulu ya.” Sembari Handy pergi, dan Yasmin datang membawa makanan mereka berdua.
“Cie disamperin sama kak Handy. Hatinya jedag-jedug dong. Hehe”
“Yasmin jangan mulai lagi deh. Tapi memang iya aku senang banget. Berdebar-debar tau ngomong sama kak Handy barusan. Salah nggak perasaan aku buat kak Handy?” Tanya Fia meminta pendapat Yasmin.
“Apa yang salah? Rasa cinta itu nggak pernah salah kok.” Meminum sedikir air mineral yang dibawanya dan melanjutkan pendapatnya. “Kita nggak pernah tau kan, kepada siapa cinta ini bakal kita kasih. Maka dari itu kita nggak mungkin bisa milih cinta ini buat siapa. Jadi menurut aku cinta itu nggak pernah salah. Mungkin mereka yang bilang cinta itu salah, karena mereka nggak tau bagaimana caranya dapatin cinta itu. Atau mereka nggak tau bagaimana menempatkan cinta itu supaya bisa jadi hal yang bahagia.”
“Tapi aku takut min, gimana kalau hanya aku yang punya cinta ini? Aku berusaha berhenti buat suka sama dia. Tapi semakin aku berbalik, aku selalu berjalan ke cintanya. Aku merasa jalan buat kembali ke awal saat aku belum mencintainya itu buntu. Hanya ada jalan menuju cinta dia.”
“Iya jangan takut sama cinta fi, kamu kan belum tau bagaimana perasaan dia. Kalau kamu belum benar-benar ingin berhenti, jangan pernah kamu berhenti. Kamu coba aja dulu usahain cinta kamu. Tapi kalau kamu akhirnya ngerasain sakit, anggap aja itu sebagai pengorbanan cinta kamu. Kalau memang dengan anggapan itu kamu merasa hati kamu lebih baik.” Jelas Yasmin, yang disambut baik oleh Fia.
“Iya min, aku bakal pertahanin cinta ini, sampai aku lelah untuk bertahan.”
“Kenapa kamu nggak bilang sama kak Handy aja.”
“Aku nggak berani min, aku kan nggak terlalu dekat sama dia.”
“Kenapa nggak berani ungkapin cinta. Cinta itu perlu buat diucapin. Biar orang yang kamu sayang tau isi hati kamu.”
“Iya aku bakalan bilang sama dia kalau hati aku udah siap.”
            Eh iya, ngomong-ngomong kamu tadi ngobrol apa aja sama kak Handy.”
            “Nggak ngobrol apa-apa, dia minta nomer hp aku.”
            “Eh cie Fia seneng banget dong. Heheh” Tertawanya Yasmin semakin lebar dan siswa-siswa lain yang berada dikantin itu melihat Yasmin.
***
            Handphone disebelah kanan, buku kimia ditangan. Belajar sembari menanti ada new message dari nomer baru yang Fia harap semoga itu kakak seniornya, Handy.
            “Ini kenapa belum ada pesan baru juga iya, kan kalau gini jadi nggak konsentrasi buat belajar. Jadi galau kan. Kak Handy itu memang ya, pemberi harapan palsu banget.” Tiba-tiba handphone Fia berdering, lalu cepat-cepat dia meraihnya. “Dan jreng, jreng siapa yang kirim message ini.” Dan yang dinanti-nantipun akhirnya datang juga. Message itu dari nomer baru, iya memang belum pasti itu dari Handy.
*Mesagge
            “Hai Fia, lagi sibuk nggak?”
            “Ini siapa? Ini lagi belajar.”
            “Ini Handy, tau kan? Maaf aku ganggu kamu belajar ya?”
            “Nggak kok kak, ini juga sudah selesai belajarnya.”
            “Oh… syukur deh kalau nggak ganggu kamu. Ngomong-ngomong belajar apa dek?”
            …………
            Sejak dari message itu, Fia jadi semakin dekat dengan Handy. Hampir setiap jam, menit, detik Handy selalu menanyakan kegiatan apa yang dilakukan Fia sekarang, atau menanyakan apa Fia sudah makan. Tapi itu semua membuat Fia semakin jauh melangkah untuk mencintai Handy. Tapi sampai sekarangpun Fia nggak tau bagaimana perasaan Handy pada dia.
***
            Suata hari, Fia memberanikan diri untuk mengatakan perasaannya pada Handy. Walaupun rasa takutnya masih tetap ada.
            “Kak, aku mau bilang sesuatu dong.”
            “Mau bilang apa dek? Eh aku mau tanya kamu ya. Menurut kamu Kia itu anaknya baik nggak? Cantik nggak? Kalau aku meu nembak dia, kira-kira diterima nggak ya?” Dengan perasaan berbunga-bunga Handy menceritakan rencana pada Fia. Tapi setelah Fia mendengar cerita itu, rasanya seperti dia terperosok dalam ke jurang yang membuat dia berdarah-darah dan menangis. Tapi untuk menangis sekarang itu tidak mungkin. Dia menahan air matanya.
            “Kia anaknya baik kok kak, dia juga cantik. Iya kamu coba aja nembak dia, siapa tau diterima. Kalau diterima traktir-traktir ya kak. Hehe” Senyum palsu yang dia perlihatkan kepada Handy, semangat yang Fia berikan bisa saja palsu atau mungkin itu memang semangat tulus yang diberikan Fia untuk Handy. “Aku ke kelas dulu ya kak, sudah mau bel masuk. Sampai ketemu lagi kak.” Sedikit berlari, Fia pergi meninggalkan Handy yang masih duduk bingung di kantin melihat sikap Fia yang tiba-tiba berubah.
***
            “Fia kamu kenapa? Kok tiba-tiba menangis? Kamu bukannya habis Ditemanin sama kak Handy makan siang? Harusnya kan kamu seneng.” Yasmin bingung dengan keadaan Fia yang tiba-tiba menangis seperti ini.
            “Min, ini Cuma bertepuk sebelah tangan, kak Handy nggak pernah suka sama aku. Kak Handy Cuma suka sama Kia, perasaan kak Handy buat Kia belum hilang sampai sekarang.” Yasmin memeluk sahabatnya yang sedang menangis itu. “Kamu tau dari siapa fi? Bukannya selama ini dia kasih perhatian sama kamu?” Tanya yasmin heran.
            “Tadi aku mau bilang perasaanku sama kak Handy, tapi kak Handy cerita kalau dia mau nembak Kia. Dia selama ini bohong sama aku min, harapannya kosong. Hanya cangkang telur yang nggak ada isinya.” Dengan rasa kesalnya Fia terus bercerita. “Aku bego banget ya selama ini. aku terlalu gampang larut sama harapannya. Aku gampang banget terpengaruh sama omongannya.”
            “Kamu nggak bego fi, namanya juga cinta. Bisa kamu yang cinta, atau dia yang cinta. Atau mungkin bisa kalian yang cinta.” Yasmin menenangkan Fia agar tidak larut dalam kesedihannya. “Ini sudah termasuk rumusnya cinta. Cinta nggak pernah bego, tapi kita memang harus mengerti posisi cinta. Cinta juga nggak mungkin bisa kamu paksain kan. Kalau kamu nggak bisa sama kak Handy, berarti ini bukan cinta kamu yang sebenarnya. Kamu sabar, suatu saat nanti kamu pasti temuin cinta kamu yang sebenarnya dan yang kamu inginkan.” Jelas Yasmin.
            “Iya kalau dia memang nggak cinta sama aku, terus kenapa selama ini dia kasih perhatian sama aku? Dia hanya kasih aku harapan palsu ya? Atau tadi itu dia cuma mau panas-panasin aku aja? Atau memang dia cintanya sama Kia? Ya ampun apa yang harus aku lakuin sekarang?” Fia yang masih tidak percaya jika selama ini semua perhatian Handy hanya bohong belaka.
            “Kamu tenangin diri kamu dulu. Mungkin setelah kamu tenang kamu akan tau hal terbaik apa yang bisa kamu lakukan. Kalau sekarang kamu mau nangis. Nangis aja fi, aku disini buat kamu. Jangan tahan rasa tangis kamu. Keluarin semuanya biar kamu tenang.” Yasmin  dengan penuh kasih sahabat memeluk Fia yang masih larut dalam tangisnya.
            “Terima kasih ya min, aku tau sekarang memang kamu yang ngerti aku.” Memeluk Yasmin. “Iya kamu benar min, aku memang harus tenangin diri aku dulu.”
***
            Setelah kejadian di kantin tadi, sepulang sekolah Fia langsung pergi ke kamarnya. Dan dia hanya diam, dan diam. Mungkin hal yang paling terbaik untuknya sekarang adalah sendiri. Tapi disaat kesendiriannya, tiba-tiba handphone nya berdering. Fia melihat ada pesan dari siapa yang masuk.
Dari Handy!
            “Kak Handy ngapain masih hubungin aku. Masih kurang apa rasa sakit yang sudah dia kasih sama aku. Tapi nggak seharusnya aku nyalahin kak Handy. Toh dia juga nggak tau perasaanku sama dia. Tapi maksut dia kasih aku perhatian selama ini buat apa?”
*Message
            “Hai adik Fia, lagi apa? Aku ganggu kamu nggak? Aku pingin ceritain sesuatu ini ke kamu.”        
            “Nggak kak, kamu mau cerita apa?”
            “Tapi sebelumnya aku tanya dulu ke kamu. Kamu tadi kenapa, tiba-tiba langsung pergi gitu aja. Padahal ceritaku kan belum selesai. Oh iya, tadi juga katanya kamu mau ngomong. Mau ngomong apa dik?”
            “Nggak apa-apa kok kak, tadi kan emang udah mau bel masuk. Dan masalah yang mau aku omongin tadi lupain aja. Nggak penting juga kok. Kakak mau cerita apa?”
            “Iya udah, kirain ada sesuatu apaan.”
            Dalam hati Fia berkata, “Nggak peka banget, mikirin dirinya sendiri.” Lalu dia mengetik balasan untuk Handy. “Nggak penting kak. Lupain aja.”
            “Iya fi. Eh, aku tadi sore udah nembak Kia loh, dan kamu tau apa jawabannya. Dia bilang iya fi, dia mau. Aku seneng banget tau fi, tenang aja nanti kamu pasti aku traktir. Kan kamu adik terbaik aku. hehe”
            “Iya syukur kak kalau kamu diterima sama dia. Itu artinya perjuangan kamu buat dia nggak sia-sia. Selamat ya kak Handy. Aku ikut seneng sama kebahagiaan kakak.” Fia kembali menangis mendengar Handy sudah mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dia sayang, yaitu Kia. Dan itu membuat Fia semakin merasa sakit hatinya, dia hanya bisa menangis lagi. “Kak maaf ya, aku belum belajar. Besok ada ulangan. Dilajutkan nanti ya ceritanya kalau ada waktu. Yang pasti selamat ya kak.” Fia langsung meletakkan handphone nya dimeja belajar. Dia langsung menangis di tempat tidurnya.
            Fia meraih laptopnya, dan dia membuka blog nya dan mulai menulis.
            “Aku memang bukan orang yang sempurna. Aku memang tak akan bisa sempurna dimatamu. Aku hanya bisa memberi kasihku padamu. Atau mungkin kasihku tak pernah bisa lebih besar dari orang yang kau sayangi saat ini. Aku tak mungkin memaksakan cintaku agar kau membalasnya. Aku tak ingin hanya cinta paksaan. Yang aku inginkan cinta seutuhnya. Aku ingin cinta tulusmu, aku tak ingin harapan palsumu. Tapi aku menyadari, aku harus menerimanya, aku harus menerima semua resikonya. Cinta nggak selamanya memiliki. Yasmin benar, kalau mungkin kamu bukan cinta benar-benarku. Aku harus yakin suatu saat nanti akan hadir cinta yang sesungguhnya untukku. Harapanmu itu, perahatianmu itu. Aku sangat menghargainya. Aku sangat berterima kasih untuk itu semua. Setidaknya aku sudah merasakan sedikit kebahagiaan bersamamu kak, kau yang memberiku sedikit kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang belum aku dapatkan sebelumnya. Aku memang salah tidak memberitahumu dari awal jika aku mencintaimu. Tapi itu karena aku mengira kalau kau juga merasakan hal yang sama dengan yang aku perasaanku. Jadi aku menunggu, dan menunggumu. Tapi ternyata perkiraanku salah. Kau tau tidak, rasanya menunggu itu sangat membosankan. Jadi tadi sebenarnya aku ingin mengungkapkan perasaanku padamu. Tapi aku sudah terlambat. Kau menyukai orang lain, dan orang lain itu juga menyukaimu. Tapi tak apa. Aku beryukur masih bisa mengenalmu. Aku bersyukur bisa mengenal cinta denganmu. Akan aku simpan perasaan ini, sampai nanti aku siap untuk pergi meninggalkannya. Aku bahagia bisa melihatmu tersenyum. Aku bahagia. Sekarang aku akan mencintaimu dalam diam. Diam dengan seribu raa cinta yang aku miliki, yang nggak akan pernah kau tau. Semua ini memang bertepuk sebelah tanga. Tapi ini ada artinya. Ada pelajaran yang bisa aku ambil. Yaitu, kamu yang aku cinta. Akan aku ungkapkan dan aku jaga. Jika aku tak mendapat cintamu, berarti Tuhan belum mengizinkan. Terima kasih untuk ini semua kak. Ini sudah berakhir, atau mungkin nggak akan pernah berakhir sampai aku menemukan cinta benar-benar ku. Selamat untukmu kak.”
            Cerita ini belum berakhir. Dan Fia tau itu. Cintanya memang bertepuk sebelah tangan. Tapi dia tau, karena sebelah tangan itu, dia menyadari semua hal yang diinginkan di dunia ini nggak mungkin semuanya bisa dimiliki. Semuanya kuasa Tuhan. Manusia hanya bisa berusaha untuk melakukan yang terbaik.




Recycle dari blog yang lama. Arsip blog hari Rabu, 22 Mei 2013.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Jawaban

Saatnya memulai...

Aku ingin menulis tentang hari ini