Flash Fiction: Wanita Keremangan Malam




Wanita Keremangan Malam


Wanita itu berdiri di tengah keremangan malam. Berderi bersama kerumunan wanita yang lain. Terlihat sedikit cahaya rembulan menerangi wajahnya yang putih. Membuatnya semakin terlihat cantik. Walaupun sudah terlihat sedikit tua. Serapi itu ia memoleskan setiap make up yang bisa menutupi wajahnya yang sudah mulai senja menjadi begitu cantik. Wanita itu menunggu orang. Entah siapa? Mungkin orang yang bisa memberinya uang untuk sesuap nasi.
            Ia memang cantik. Seperti kupu-kupu yang terbang di taman bunga. Mencari bunga yang ingin ia hinggapi. Aku menghampirinya. Ingin aku tanyakan apa yang sedang ia kerjakan di tempat ini. begitu juga dengan perempuan yang lain. Semoga aku tidak akan menyinggung perasaannya.
            “Hai nona, apa yang sedang kau kerjakan disini? Ini kan sudah malam. Apa kau tidak ingin menemani anakmu pergi ke mimpi indahnya?”
            “Apa urusannya denganmu. Aku pergi setelah anakku terlelap.”
            Lalu ada suara deru mobil yang datang. Beberapa wanita langsung datang menghampiri. Seakan mobil itu adalah gudang uang untuk mereka semua. Dan akhirnya salah satu dari mereka ikut masuk ke dalam mobil dan pergi.
            Aku berkutat dengan segala pikiranku. Tuhan, apa artinya semua ini? Mereka semua wanita. Wanita yang penuh kasih suci. Wanita yang tak pernah berhenti berkorban untuk apa yang seharusnya ia pertahankan. Mungkinkah ini semua arti hidup. Hidup yang tak selalu bahagia. Hidup yang harus terus diusahakan, supaya tak selamanya menjadi orang paling bodoh di dunia ini.
            Wanita itu kembali. Aku datang menghampirinya lagi. Lalu dia berkata, “Kami semua disini hanya sebuah bunga. Bunga yang menunggu lebah akan datang menghampiri kita. Lebah yang selalu mengambil madu. Tapi disini lebah memberi sesuap harapan untuk bungan hidup di esok hari. Kami disini juga wanita yang menjadi seperti kupu-kupu. Kupu-kupu yang terus terbang tanpa henti mencari setiap harapan untuk hidupnya esok. Menjadi seperti yang mereka para lelaki pinta. Semua dilakukan asalkan bisa menghidupi orang yang kami sayangi. Kami disini hanya wanita yang berharap semoga ada yang peduli dengan hidup kami. Entah itu tulus ataupun tidak.” Aku tertegun mendengar jawaban itu. Tapi baiklah hidup memang harus memilih. Di haruskan memilih jalan yang mana, entah itu baik ataupun buruk. Tapi setiap memilih jalan buruk pasti suatu saat nanti akan ada saatnya ingin kembali ke jalan yang benar.
            Wanita itu kembali. Kembali ke tempat ia berdiri tadi. Seakan ia harus terus mencari setiap harapan yang ada dan mengambilnya. Kasih wanita selalu putih. Ketika mereka menjadi buruk, mungkin disaat itu ada hal yang membuatnya terpuruk dalam jurang kehancuran hidupnya. Mengikuti bisikan setan untuk melakukan hal-hal yang di benci oleh Tuhan. Tapi yakinlah, setiap wanita memiliki perasaan yang lebih peka dan lebih menghargai apa yang namanya kasih sayang.


Recycle dari blog yang lama. Arsip blog hari Sabtu, 18 Mei 2013.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Jawaban

Saatnya memulai...

Aku ingin menulis tentang hari ini