Fly High
Dan aku bertemu lagi. Bertemu dengan sosoknya yang
aku rindukan selama ini. Aku yang selalu menginginkannya kembali. Aku yang
selalu menginginkannya berada disini lagi. Berada dalam belenggu perasaanku.
Berada dalam mimpiku akhir-akhir ini.
Aku bertemu dengannya...’
Kenapa rasanya seperti ini? kenapa rasanya sesakit
ini? kenapa begitu berat perasaan ini menopang semua rindu yang telah terbiasa
tak terbalas. Menahan semua inginku kenapa sesulit ini. Aku yang sudah bertahan
dalam diam. Aku sudah lelah dengan semua tipu daya perhatian itu. Aku sudah tak
sanggup menahan linangan air mata yang dari tadi ingin keluar dari mataku. Aku
seperti orang yang gila akan perasaannya. Bingun, diam, tersenyum sendiri.
Bodoh!
Ini semua bodoh!
Aku begitu bodoh bisa merelakan semua perjuanganku
selama ini yang selalu sudah bertahan dalam kesedihanku sendiri. Selama ini aku
sudah diam dengan semua perasaanku. Aku tak sanggup jika harus memulai dari
awal, menata lagi semua kepingan hati ini. Melawan kasih tak terbalas ini. Mengartikan
bahwa semua ini harus berakhir. Semua perasaan ni harus segera aku buang. Tapi
kenapa saat aku bertemu lagi dengan orang itu. Aku selalu lemah. Lemah
mempertahankan perjuanganku selama ini. Aku berjuang melawan semua harapan yang
ia beri. Untuk meyakinkan perasaan ini bahwa yang aku rindukan itu tak pernah
benar-benar mengingatku.
Menginggapi
semua mimpi di setiap tidurku.
Berada dalam
setiap khayalku.
Aku membutuhkan seseorang. Aku membutuhkan orang
untuk menampung rasa tangisku. Aku menahan tangis, aku tak berani menangis. Aku
takut mereka semua tau dengan perubahanku. Aku takut mereka akan bertanya
“kenapa dengan anak gadisku ini?”
Apa aku bodoh menahan semua tangis ini? Tapi aku
rasa ini tidak bodoh. Seharusnya yang bodoh itu, kenapa aku masih terngingan
dengan semua perhatiannya dahulu.
Mereka semua tak ada. Sahabat-sahabatku tak ada.
Kemana kalian semua? Aku membutuhkan kalian. Aku ingin menangis, menangisi
semua yang kalian bilang tidak boleh. Tapi aku tak bisa menahannya. Aku
berusaha menahan setiap air mata yang akan keluar dari mataku. Aku tak berani
menatapnya. Aku tak kuasa jika terus berada dalam tatapan mata itu. Tatapan
mata yang dulu membuat setiap nafas yang hembuskan lebih berarti. Tapi jika
sekarang aku menatap mata itu, aku takut tatapan mata itu membuatku tak kuasa
untuk menahan semua tangisku..
Kalian dimana? Apa kalian tak ada yang niat untuk
membantuku. Atau aku memang harus menahan tangis ini sendiria. Menengadahkan
setiap tetesan mata ini sendirian.
Recycle dari blog yang lama. Arsip blog hari Rabu, 8
Mei 2013.
Komentar
Posting Komentar