Dibawah Hujan itu



Aku yang menunggumu disini, dibawah pohon ini. Ditemani derasnya sang hujan yang seakan ikut menunggumu. Hujan pula yang menyamarkan tangis air mataku. Hujan pula yang membuat orang-orang disekitar tempat ini memandangiku. Mungkin mereka berfikir aku cewek gila, yang bermain dengan air hujan. Mungkin mereka menganggap aku masih seorang anak kecil yang suka bermain hujan.

Aku tidak bermain hujan!
Aku tidak bermain hujan!
Aku tidak bermain hujan!

Aku hanya merasa, hanya hujan yang mengerti keadaanku sekarang. Hujan yang mengerti aku menangis. Air hujan yang jernih membuatku berfikir, untuk apa aku mengeluarkan air mata ini kalau air hujan saja sudah cukup menghapuskan luka dalam hatiku. Hujan memang tidak bisa memberiku saran. Tapi hujan mendengarkan jerit hatiku.

Hujan itu indah. Setelah hujan ada pelangi. Begitu pula dengan tangis. Terkadang menangis bisa membuat orang merasa sedikit lebih baik. Setelah ada air mata, nanti akan ada kebahagiaan. 

Sebenarnya aku sadar, untuk apa menunggu jika yang ditunggui tidak akan kembali. Itu hanya akan buang-buang waktu saja. Tapi biasanya harapan yang membuat orang lain rela untuk mensia-siakan waktu. Aku tau bukankah lebih baik memikirkan hal yang lebih indah dari ini.

Terima kasih, hujan.
Terima kasih kau mau memberi air sejukmu ini.
Terima kasih atas pelangi indah setelah kau.
Kau begitu baik pada mereka yang membutuhkan airmu.
Airmu sangat berarti bagi sebagian orang, termasuk aku.
Walaupun terkadang aku membencimu karena melukai kulitku.
Saat airmu mengandung pasir.

Terima kasih Tuhan untuk air hujan  ini.


Recycle dari blog yang lama. Arsip blog hari Sabtu, 13 April 2013.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kampus Putih, UMM

Saatnya memulai...

Mencari Jawaban